Sunday, January 2, 2011

Dunia TANPA CINTA ALLAH..

 
Kehidupan di dunia
Kadang kala indah bagai bulan purnama
Kadang kala menyakitkan bagai tiba gerhana…

Hati yang berdetik
Namun mulut tetap terkunci
Tidak mampu melafazkan
Yang tersurat di hati
Kerana jendela bibir terkunci rapi

Jiwa meratap pedih
Perasaan menagih kasih
Orang yang dinanti
Datang bagaikan mimpi

Hinanya diri
Diperlakukan sebegini..
Bagai tiada erti
Umpama hilang perasaan hati

Termenung kuseketika
Dilamun mimpi khayalan yang tak sudah
Diri masih tertanya-tanya
Kemana hilangnya kemanisan di dunia

Kunci yang dicari
Hilang tetap tak ditemui
Kaki yang melangkah kedepan
Tiba-tiba tersisir ke belakang
Bagai hidup tiada penghujung
Umpama bunga hilang wanginya
Ibarat daun tiada hijaunya
Dunia yang berputar
Namun kaki tidak terlangkah
Masa yang berlari
Namun jiwa masih terhenti
Umpama memijak diawangan
Bagai berlari dikayangan
Ibarat ada dalam tiada
Dicapai tapi tidak terasa
Digenggam namun terlepas jua
Ibarat diri bayang-bayang
Yang berpijak di bumi nyata

Diri tinggal tanda Tanya
Beginikah dunia?
Yang selama ini dikejar
Namun tak pernah ditemui
Beginikah hidup?
Yang selama ini diterokai
Namun masih menjadi misteri…

Apa yang harus diingati
Yang pergi takan ada lagi
Yang wujud bakal tiba pengganti
Yang tinggal tetap jua kembali

Misterinya kehidupan..
Makin ditanya
Makin banyak persoalan
Makin diteroka
Makin banyak rasia

Apa yang dikata
Telah lama tersirat dijiwa
Apa yang dicari
telah lama ditemui
apa yang dibenci
sebenarnya paling disayangi
itulah
kenyataan diri
kebenaran yang ditemui
sengaja disembunyi
lagi dicari..

Cinta…
Ibarat lautan terbentang
Kasihnya tetap ketepian
Semakin cuba diselami
Semakin dalam hati merasai
Semakin banyak yang dijumpai
Kasihnya tiada ganti
Tidak juga berbelah bagi

Menggapai Cinta Allah


Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku – yakni dalam tidurku – kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu.”Dalam amal ubudiyah, cinta (mahbbah) menempati derajat yang paling tinggi. Mencintai Allah dan rasul-Nya berarti melaksanakan seluruh amanat dan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, disertai luapan kalbu yang dipenuhi rasa cinta.

Pada mulanya, perjalanan cinta seorang hamba menapaki derajat mencintai Allah. Namun pada akhir perjalanan ruhaninya, sang hamba mendapatkan derajat wahana yang dicintaiNya. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku – yakni dalam tidurku – kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : /Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu.”/

Dalam buku “Mahabbatullah” (mencintai Allah), Imum Ibnu Qayyim menuturkan tahapan-tahapan menuju wahana cinta Allah. Bahwasanya cinta senantiasa berkaitan dcngan amal. Dan amal sangat tergantung pada keikhlasan kalbu, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu karena Cinta Allah merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan kecintaan yagn tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Allah.
Tahapan-tahapan menuju wahana cinta kepada Allah adalah sebagai berikut:


1. Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidaklain adalah renungan seorang hamba Allah yang hafal danmampu menjelaskan al-Qur’an agar dipahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Qur’an merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak bisa ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.

2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.

3. Melanggengkan dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melaui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadsar kecintaan seseorang terhadap Allah tergantung kepada kadar dzikirnya kepadaNya. zikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu,s elama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepadaKu”.

4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Memprioritaskan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun beresiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, diatas itu derajat para Rasul dan diatasnya lagi derajat para rasulul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah derajat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.

5. Kontinuitas musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesadaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma’rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah dengan penyaksian dan kesadaran yang mendalam, nescaya akan dicintai Allah.

6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.

7. Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan sholat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan mengantarkan kepada cinta Allah yang hakiki.

8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Kapankan itu? Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar mendapatkan cinta Allah.

9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.

 10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikai kalbu dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala.

Ya Allah..Aku Jatuh Cinta


Bagaimanakah cintamu itu hadir

Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran: 14). Dalam tulisan ini mungkin kami lebih fokus mengenai kecintaan antara lelaki dan wanita, insya Allah.

Pertama, perhatikanlah bagaimana awal hadirnya cintamu itu.

Kecenderungan hati atau rasa cinta itu muncul, terkadang bersama sesuatu yang dibolehkan syariat, namun seringnya muncul bersama sesuatu yang tidak syar'i. Indera adalah pintu menuju hati, apa yang dari pandangan, pendengaran, maka akan masuk dan melekat ke dalam hati kita dan diantaranya muncullah rasa cinta. Misalnya, suatu ketika ada yang melihat atau mengetahui seseorang yang menarik hatinya, jika ini kerana sesuatu yang tidak disengajanya insya Allah tidak mengapa, tapi dia tidak boleh melanjutkannya dengan pandangan yang kedua. Rasulullah bersabda:
"...janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya"

Setelah munculnya ketertarikan dari pandangan pertama, adalah godaan yang berat sekali kecuali bagi yang dirahmati Allah, untuk seseorang tidak melanjutkan kepada apa-apa yang jiwanya inginkan utk semakin merekahkan rasa cintanya. Di sini perlu kepada kesabaran yang luar biasa, bertarung dengan hawa nafsunya yang hina, demi kesucian hatinya. Jika rasa cinta itu muncul dari apa-apa yang tidak disengajanya, lalu berhenti disitu, maka insya Allah tidak mengapa, itulah hiasan yang Allah anugerahi bagi hatinya.

Akan tetapi, banyak orang yang kurang bersabar atas ujian syahwatnya, cinta itu masuk dan tumbuh dari cara-cara yang tidak dibenarkan syariat.

- pertama adalah mereka yang sengaja mengumbar pandangannya atau pencariannya untuk memunculkan rasa cintanya. Apa yang didapatnya itu adalah memang suatu kesengajaan untuk memuaskan hawa nafsunya. Sekalipun setelah itu muncul rasa cinta di hatinya, itu adalah cinta yang maksiat, yang telah didahului oleh sesuatu yang hina yaitu pelampiasan hasratnya atas keindahan-keindahan dunia tanpa mengindahkan syariat.

Allah ta'ala telah berfirman: "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman supaya mereka menundukkan pandangan mereka… Katakanlah kepada kaum wanita yang beriman agar menundukkan pandangan mereka". (QS. An-Nur: 30-31)

Betapa pandangan yang diumbar bebas kepada yang diharamkan Allah itu akan mengeraskan hati, kerana muncul kecintaan di hatinya kepada apa-apa yang diharamkan itu. Menjadikan hati redup cahayanya, menjadikan ruang-ruang dalam hati itu terisi oleh bisikan-bisikan syahwatnya, menjadikan hati lama kelamaan semakin tertutup kotoran sehingga semakin sulit cahaya kebenaran masuk. Al Imam Ibnul Qayyim memiliki tulisan yang sangat bagus mengenai ini dalam Ighatsatul Lahafan.

- yang kedua, yaitu mereka yang mendapati rasa cinta itu dari pandangannya yang pertama yang tidak disengaja, alhamdulillah ini adalah sesuatu yang dibolehkan. Tetapi dia kurang bersabar menahannya dari apa-apa yang dilarang oleh syariat yaitu melanjutkan itu dengan apa yang dilarang. Dia ingin menumbuhkan rasa cintanya itu dengan melanjutkan yang pertama itu dengan yang kedua, dimulai dengan pandangan kedua, lalu mulai menulis, lalu mulai menyapa, lalu mulai berbicara, dan seterusnya hingga ia terbuai oleh rasa cintanya yang semakin bertambah. Di sinilah rasa cinta itu dimasukkan olehnya melalui cara-cara yang menyelisihi syariat Allah.

Sekilas hampir tidak kelihatan perbedaan keadaan orang yang kedua ini, apakah dia itu menumbuhkan cintanya itu demi memenuhi kepuasan hawa nafsunya, ataukah dia melanjutkannya demi mencapai sesuatu yang syar'i, yaitu ta'aruf, lalu melamar dan menikahi. Di antara perbezaannya adalah, bagaimana dia menjaga batas-batas hubungan dan komunikasi itu hanya pada hal-hal yang diperlukan saja baginya untuk memutuskan langkah selanjutnya yang syar'i, dia menjaga dan khawatir akan terjatuh pada fitnah dan kerinduan yang berlebihan kepada seseorang yang bukan haknya. Selain itu, di antara perbedaan itu bisa juga kita lihat dengan mengetahui bagaimana hakikat cinta itu dan kemana dia arahkan cintanya.

Kedua, perhatikanlah bagaimana hakikat cintamu itu.

Perhatikanlah ayat di atas tadi, disebutkan di antara bentuk-bentuk cinta yang Allah anugerahkan pada kita, yaitu wanita, anak-anak, dan harta. Kita tidak perlu gundah gulana dan merasa bersalah jika ia muncul di jiwa dan hati kita, itu adalah cinta tabiat manusia yang asalnya boleh, tinggal bagaimana kita mengelola kecintaan atau kesenangan kita pada itu semua sesuai tuntunan dan tidak melanggar syariat. Allah kemudian mengingatkan bahwa itu semua adalah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. Bagaimanapun kita wujudkan kecintaan kita pada hal-hal keduniaan itu, entah dalam hal-hal yang diridhai Allah,maupun dalam hal-hal yang dimurkai Allah -wal'iyyadzubillah-, maka kita pasti akan tinggalkan itu semua dan kita akan kembali kepada Allah. Yang kita bawa bukan apa-apa yang kita cintai itu, tapi amalan yang telah kita perbuat sebagai wujud kecintaan itu tadi.

Ketika hati seseorang dihiasi dengan rasa cinta, maka bagi yang tidak memahami bagaimana cinta yang benar, mereka hanya terbuai oleh kecintaan dunia berupa wanita, anak-anak, dan harta. Bahkan kecintaan itu bisa menjadi kesyirikan jika ia mencintai yang selain Allah seperti atau melebihi kecintaannya kepada Allah. Kerana cintanya yang keliru, semua urusan di dunianya dia lakukan demi itu semua, ia halalkan yang haram dan ia haramkan yang halal, dan ia korbankan apa saja demi meraih yang ia cintai itu. Hingga kita lihat seorang wanita atau lelaki menjadi takluk dan pasrah di hadapan kekasihnya, mereka menjalin hubungan tanpa ikatan yang syar'i, atas nama cinta. Tapi sesungguhnya ini adalah cinta yang maksiat.

"...itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik". Dari sini dapat pula kita fahami bahwa kecintaan yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya, bagaimanapun kesenangan di dunia itu, tempat kembali yang baik hanya di sisi Allah. Jika kita menyedari ini, maka seluruh hidup kita selayaknya dijalani dan ditujukan hanya dalam kerangka mencintai Allah, demi mendapatkan tempat yang baik disisi-Nya, dan itulah cinta yang sejati. Bahkan Allah jadikan ini sebagai salah satu ciri dari orang-orang yang beriman, kerana cinta adalah termasuk dari ibadah hati yang orang-orang beriman pasti beramal dengannya secara benar. Allah berfirman;

“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu.” (Al-Hujurat: 7)

“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.” (HR Bukhari- Muslim)

Di antara bentuk kecintaan yang benar kepada Allah, adalah dengan mencintai kesenangan dunia itu melalui cara atau dengan hal-hal yang dicintai Allah, bukan yang dimurkai Allah. Allah telah menguji kecintaan hamba-Nya;

“Katakanlah, jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.” (Ali ‘Imran: 31)
Tentu saja apa yang disunnahkan Rasulullah itu adalah pasti dicintai Allah, karena beliau 'alaihissholatu wassallam adalah khalilullah, maka itu pantaslah kita mengikuti beliau untuk mendapatkan juga cinta Allah. Sebaliknya, apa-apa yang dilarang oleh Rasulullah adalah hal-hal yang dimurkai Allah, maka kita tinggalkan itu agar kecintaan Allah tidak berubah menjadi kemurkaan-Nya kepada kita.

Ketiga, perhatikanlah kepada siapa cintamu itu.

Jika engkau mencintai kepada yang memiliki kecantikan atau ketampanan saja, atau yang memiliki harta saja, atau pemilik kelebihan lainnya dari dunia ini, sedangkan dia adalah seorang yang penuh kemaksiatan kepada Allah, atau akhlaknya jauh dari tuntunan Nabi, atau jauh dari jalan orang-orang yang dicintai Allah, atau terdapat penyimpangan dalam akidah atau manhajnya, atau menyepelekan syariat-syariat Allah, atau kejelekan-kejelekan lain dari agamanya, maka bagaimanakah bukti kecintaanmu kepada Allah? Dia kurang cintanya kepada Allah dan Allah tidak mencintai apa-apa yang ada pada dirinya, lantas bagaimana bisa engkau boleh mencintainya? kira-kira akan kemanakah tempat kembalinya dia, dan kemanakah tempat kembali dirimu kelak?

Oleh kerana itu, ketika engkau mencintai seseorang, maka hendaknya dibangun dalam kerangka kecintaan kepada Allah dan di jalan Allah. Engkau mencintai dia yang padanya terdapat hal-hal yang dicintai oleh Allah, yaitu kesungguhan mengikuti sunnah Rasulullah. Dan engkau mencintainya kerana dia adalah seseorang yang sangat cintanya kepada Allah, berupa ketaatannya kepada syariat Allah. Engkau mencintainya kerana kebencian dia pada hal-hal kemaksiatan, karena jauhnya dia dari hal-hal yang dibenci oleh Allah. Sungguh indah rumah tangga suami dan istri yang saling mencintai dengan kecintaan yang demikian. Insya Allah mereka tidak hanya saling mencintai di dunia, tapi akan Allah satukan juga cinta mereka kelak di surga Allah, dan itulah tempat kembali yang terbaik disisi-Nya.

Maka perhatikanlah wahai saudaraku, bagaimanakah cintamu itu hadir?

Wallahu a'lam.